21 Januari 2010
Lagi, TKW Tewas di Negeri Orang
Polisi Cegat 18 TKI Ilegal di Suramadu
Penampungan TKI Diduga Jadi Tempat Penguburan Bayi Aborsi
Malaysia Akan Razia Pekerja Asing
Paspor Gratis bagi TKI/TKW
Kementerian Luar Negeri Fasilitasi Pemulangan Ratusan WNI dari Kuwait
UU Perlindungan TKI akan Direvisi
100 Hari, TKI Bermasalah Capai 2.063
Terminal Umum TKI Diberlakukan
Kemlu Fasilitasi Pemulangan 199 WNI dari KBRI Kuwait
TKI tidak Gunakan Jalur Khusus Lagi
Paspor Gratis TKI Bukan Solusi
Pengiriman TKI ke Malaysia & Kuwait Masih Dihentikan
PDIP Desak Pemerintah Benahi Terminal TKI
Rieke: Pemerintah Harus Segera Benahi Terminal TKI
20 Januari 2010
Biaya Paspor Bagi Tenaga Kerja Indonesia akan Digratiskan
Asyik, Paspor Gratis bagi TKI/TKW
Pemulangan TKI Harus Dijamin
Menakertrans akan Terbitkan Peraturan TKI
Masyarakat Diminta Waspada Calo TKI
Korban Penggusuran Tagih Janji Pemerintah Kota Surabaya
Jum'at, 08 Januari 2010
TEMPO Interaktif, SURABAYA -
Sejumlah pedagang ikan hias di Pasar Patua menagih janji Pemerintah Kota Surabaya. Setelah digusur sejak April 2009 lalu, hingga saat ini mereka tidak mendapatkan stand atau tempat penjualan di Pasar Gunung Sari seperti yang dijanjikan Pemerintah Kota Surabaya.
Ansori, salah seorang pedagang ikan hias menyatakan kekecewaannya karena Pemerintah Kota Surabaya melakukan penggusuran tanpa perencanaan yang jelas. "Kami tidak tahu apa maksud kami digusur," ujarnya, Jum'at (8/1).
Karena tidak juga mendapatkan tempat penjualan di Gunung Sari, mereka kembali berjualan di Pasar Patua. "Kami harus terus berjualan karena kami butuh biaya hidup. Kami tidak bisa menunggu janji Pemkot," tutur Amin, seorang pedagang lainnya.
Amin bahkan menuding Pemerintah Kota Surabaya berlaku tidak adil. Sebab kenyataannya, pedagang ikan hias yang mendapatkan stand di Pasar Gunung Sri justeru pedagang yang bukan berasal dari Pasar Patua. "Kami yang digusur tidak mendapatkan stand, malah orang lain yang mendapatkannya," ucapnya dengan nada kesal.
Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, penggusuran para pedagang ikan hias di kawasan Patua karena mereka berjualan di kawasan yang dilarang yaitu di pinggir jalan. Keberadaannya dinilai mengakibatkan kemacetan lalu lintas.
Dia juga menjelaskan, gagasan awal pembangunan stand di Pasar Gunung Sari diperuntukkan bagi pedagang pasar ikan yang tergusur. "Semua pedagang ikan hias disatukan di Gunung Sari," ucapnya.
Menurut dia pengaturan pedagang ikan hias untuk mendapatkan stand di Gunung Sari adalah kewenangan Dinas Pertanian Surabaya. "Seharusnya pedagang ikan di Patua harus mendapat stand di Gunung Sari," katanya.
Kepala Dinas Pertanian Kota Surabaya Syamsul Arifin mengatakan, yang mendapat jatah stand di Gunung Sari adalah pedagang yang tercatat dan mempunyai kartu tanda penduduk Surabaya.
Ia berjanji akan melakukan pengecekan jika ada pedagang yang belum mendapat jatah stand di Gunung Sari. Namun persyaratannya harus tetap memiliki KTP Surabaya. DINI MAWUNTYAS.
Keluarga Purnawirawan Tolak Penggusuran
JAKARTA, KOMPAS.com — Ratusan keluarga purnawirawan berkumpul di Kompleks TNI Bulak Rantai, Jakarta Timur, menentang rencana penggusuran warga purnawirawan yang tinggal di perumahan-perumahan milik TNI. Tampak hadir dalam acara itu mantan KSAD Jendral (Purn) TNI Tyasno Sudarto.
Koordinator aksi, Prastopo dari Forum Koordinasi Penghuni Perumahan Negara (FKPPN), menyatakan prihatin atas penggusuran dan kekerasan yang menimpa keluarga purnawirawan yang menghuni perumahan-perumahan tersebut.
"Penggusuran ini marak sejak bisnis TNI dihapus dengan alasan tidak ada bisnis TNI dan tidak ada pemasukan sehingga keluarga purnawirawan harus keluar dari rumah yang sebagian sudah ditempati hingga 40 tahun lebih," kata Prastopo di Bulak Rantai, Minggu (17/1/2010).
Akhir bulan ini, tepatnya 25 Januari, rencananya 200-300 keluarga akan digusur dari Kompleks TNI Angkutan Kuda Beban di Cililitan, Jakarta Timur. Penggusuran di kompleks-kompleks TNI yang lain akan menyusul di seluruh Indonesia.
Menyusul terancamnya tempat tinggal para purnawirawan dan keluarganya itu, penghuni kompleks TNI bergabung dalam FKPPN. Saat ini ada 9 provinsi yang bergabung di dalamnya.
PKL Korban Gusuran di Ambon Unjuk Rasa
AMBON, KOMPAS.com - Sekitar 200 pedagang kaki lima atau PKL korban penggusuran berdemonstrasi menuntut Pemerintah Kota Ambon, Provinsi Maluku, menyediakan tempat berdagang baru.
Mereka mengaku kehilangan penghasilan karena penggusuran tidak diikuti dengan penyediaan lahan baru untuk mencari nafkah. Demonstrasi berlangsung Rabu (20/1/2010) sejak pukul 11.30 WIT di halaman Kantor Walikota Ambon.
Para pedagang ingin bertemu dengan Walikota Ambon Marcus Jacob Papilaja untuk berdialog. Namun, belum ada konfirmasi apakah para PKL akan ditemui oleh walikota. "Pemerintah kota hanya mementingkan keindahan dan tidak memperhatikan nasib para PKL. Padahal, PKL adalah penggerak ekonomi rakyat di Ambon," ujar Junaedi salah satu orator.
Para PKL menegaskan, pemerintah kota tidak memiliki konsep yang jelas tentang penataan ekonomi rakyat. Para pedagang kecil selalu digusur dan menjadi tumbal program keindahan kota. Pemerintah Kota Ambon diharapkan lebih berpihak pada pelaku ekonomi kecil yang mulai bangkit setelah konflik kemanusiaan 10 tahun lali.
Korban Penggusuran oleh TNI-AL Mengadu ke DPRD Jawa Timur
tempo interaktif
Selasa, 19 Januari 2010
Gatot Rihartono, salah seorang perwakilan warga mengatakan, pengosongan tanah dan rumah yang dilakukan Lantamal V TNI-AL tersebut sangat tidak mendasar dan dinilai dipaksakan. "Penyerobotan dimulai dengan turunnya surat edaran pengosongan sejak tahun 2007 lalu," ujar Gatot.
Merasa rumah dan tanah yang ditempati warga bukan milik TNI-AL, warga tidak mengindahkan surat perintah pengosongan yang dikeluarkan oleh Lantamal V tersebut. Lantamal pun secara terus menerus mengirimkan surat edaran hampir tiap bulan hingga tahun 2009 lalu.
Puncaknya, pada 10 Desember 2009 lalu, secara paksa pihak Lantamal V mengeksekusi dua rumah di Jalan Tanjung Nomor 9 dan Jalan Tanjung Nomor 10. Padahal dua rumah ini, termasuk 87 rumah lainnya di kawasan itu dibangun di atas tanah milik pelabuhan yang bangunannya merupakan peninggalan belanda.
"Kami punya bukti, tanah itu HPLnya milik Pelabuhan, dan bangunannya adalah peninggalan Belanda, jadi TNI-AL tidak punya hak atas tanah maupun rumah," kata Gatot, pemilik rumah yang dieksekusi di Jalan Tanjung Nomor 9.
Fahmi Bachmid, kuasa hukum warga mengatakan, secara yuridis TNI-Al tidak memiliki hak atas tanah tersebut. "Meski tanah-tanah disitu ditempati oleh keluarga TNI-AL tapi tanah dan rumah itu bukan rumah dinas TNI-AL," ucapnya.
Keluarga TNI-AL, menurut dia, menempati rumah di kawasan itu sejak tahun 1950an. Kawasan itu juga ditempati oleh para prajurit TNI-AD, TNI-AU, Polri, bahkan masyarakat umum.
Fahmi menunjukkan surat perintah Menhankam tertanggal 12 Maret tahun 1984, Nomor B/7452/M/04/2/363. Isinya, rumah bisa ditetapkan sebagai rumah jabatan atau rumah dinas jika, baik tanah maupun rumah adalah milik TNI. "Sedangkan tanah mapun bangunan di kawasan itu bukan milik TNI," tegas Fahmi.
Meski begitu, pihak Lantamal V TNI AL tetap ngotot untuk mengosongkan kawasan itu dan mengirimkan surat edaran kepada warga dengan mendasarkan pada Surat Keputusan KASAL Nomor KEP/623/V/2008 tertanggal 16 MEI 2008. Dalam SK itu disebutkan bahwa rumah jabatan atau rumah dinas hanya berlaku sampai suami atau istri meninggal sehingga seluruh ahli waris termasuk anak tidak berhak menempati rumah tersebut.
Dalam suratnya itu, Lantamal juga memerintahkan pengosongan rumah dan tanah sebelum tanggal 4 Februari 2010 mendatang. "Karenanya kami meminta perlindungan kepada wakil rakyat," tutur Fahmi.
Selain meminta perlindungan kepada DPRD, para warga ini juga telah mengirimkan surat gugatan kepada Presiden, KASAL, Lantamal-V, serta Komnas HAM. ROHMAN TAUFIQ.
Ribuan Pedagang Protes Rencana Penggusuran
Juhri Samanery
20/01/2010 16:30
Liputan6.com, Ambon: Ribuan massa pedagang kaki lima yang tergabung dalam Aliansi untuk Keadilan Masyarakat, Rabu (20/1) siang, berdemo dengan menduduki Kantor Walikota Ambon. Para pedagang kaki di Pasar Mardika, Ambon, menentang rencana pengusuran yang dilakukan Pemerintah Kota Ambon pada Kamis besok tanpamenyediakan tempat yang layak untuk mereka. Padahal mereka selalu ditagih retribusi.
Jika penggusuran besok tetap dilakukan, mereka mengancam melawan demi mempertahankan lapak mereka. Para pedagang mengaku tetap berjualan di sekitar Pasar Mardika sampai ada lokasi yang layak disediakan oleh Pemkot setempat. Sebelumnya, Pemkot Ambon berencana memindahkan para pedagang kaki lima tersebut ke Pasar Nusaniwe. Namun, menurut pedagang tempat tersebut dianggap tak layak berjualan.
Di lain pihak, Pemerintah Kota Ambon lewat Asisten Satu D.Soukota yang menemui pendemo mengatakan pemkot setempat tetap pada rencana menggusur dan membersihkan lapak-lapak di atas trotoar agar kembali kepada fungsinya.
Karena tidak terima atas jawaban tesrebut, massa kemudian membubarkan diri dan sempat keluar dan mendukui Jalan Utama Sultan Hairun di depan Kantor Walikota
Ambon.
Unjuk rasa berlangsung damai, kendati demikian, massa sempat tegang dengan polisi karena tidak berhasil menemui Walikota Ambon. Demo berlangsung tertib karena dikawal tiga regu pengedalian masyarakat Polres dan satuan polisi pamong praja Ambon.(BJK/YUS)
Calon TKI Bersikeras
Selandia Baru Butuh Seribu TKI
Rencana SMA Gratis Butuh Biaya Besar
Semarang (ANTARA News) - Rencana Pemerintah Kota Semarang untuk meningkatkan pelaksanaan program sekolah gratis hingga ke jenjang SMA/SMK membutuhkan biaya yang sangat besar.
"Pemerintah setidaknya harus menyediakan biaya minimal Rp1,5 juta untuk setiap siswa per tahun," kata pengamat pendidikan IKIP PGRI Semarang, Muhdi di Semarang, Selasa.
Menurut dia, batasan minimal biaya yang dibutuhkan untuk proses pembelajaran di tingkat SMA/SMK memang masih dirumuskan, namun jumlah tersebut setidaknya dapat menjadi gambaran.
Terlebih lagi, kata dia, kebutuhan operasional untuk siswa SMK yang lebih kompleks dibandingkan siswa SMA menjadikan gambaran anggaran sebesar itu akan semakin meningkat.
Ia mengatakan, apabila Pemkot Semarang memang berniat untuk merealisasikan program SMA/SMK gratis, perlu memikirkan sokongan anggaran yang cukup dan fleksibel.
"Hal itu harus dilakukan untuk menghindari adanya program sekolah gratis yang justru menjadikan kualitas pendidikan menurun, karena kekurangan dana dari pemerintah," kata Rektor IKIP PGRI Semarang tersebut.
Muhdi menilai, sokongan anggaran untuk mewujudkan SMA/SMK gratis tersebut perlu dipikirkan secara matang, sebab SMA tidak mendapatkan bantuan operasional sekolah (BOS) dari pemerintah pusat.
Selain itu, kata dia, jangan sampai istilah sekolah gratis nantinya justru dipahami masyarakat sebagai sekolah tanpa biaya sama sekali, padahal yang ditanggung pemerintah hanyalah biaya operasional.
"Saya lebih setuju apabila program sekolah gratis tersebut diwujudkan dengan pemberian berbagai fasilitas, beasiswa, dan subsidi kepada para siswa miskin," kata Muhdi.
Sebelumnya, Wali Kota Semarang, Sukawi Sutarip mengatakan, pihaknya merencanakan program sekolah gratis untuk tingkat SMA/SMK, mengingat program sekolah gratis tingkat SD dan SMP di Kota Semarang sudah berjalan.
Ia menilai, pelaksanaan sekolah gratis di tingkat SD-SMP sampai saat ini sudah berjalan sukses, karena itu perlu meneruskan keberhasilan tersebut ke tingkatan pendidikan yang lebih tinggi.
"Rencana itu akan diawali dengan pemberian buku pelajaran gratis yang akan digalakkan mulai tahun ajaran ini, dan pada tahun ajaran mendatang Kota Semarang harus bisa menyelenggarakan sekolah gratis di tingkat SMA," katanya.(*)
Nurhayati: Program BLT Membantu Masyarakat Miskin
Minggu, 17 Januari 2010
antaranews
"BLT memang tidak secara langsung berdampak pada meningkatnya daya beli masyarakat miskin, namun program itu membawa manfaat bagi mereka," katanya di Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, kemarin.
Signifikansi dampak BLT bagi masyarakat miskin, menurut dia saat mempertahankan disertasinya pada ujian terbuka untuk memperoleh gelar doktor dalam ilmu multidisplin, termanifestasikan secara produktif sebagai penambah modal usaha dan tabungan masyarakat miskin.
"Akibatnya, terjadi pergeseran status masyarakat miskin menjadi masyarakat sejahtera," katanya dalam disertasinya berjudul Dampak Pelaksanaan Program BLT 2005-2006 Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Studi Kasus di Kecamatan Penjaringan Kota Jakarta Utara.
Ia mengatakan, pergeseran status tersebut memang tidak berlaku umum. Artinya, tidak semua penerima BLT mengalami pergeseran status sebagai akibat dari program BLT.
"Perubahan status sebagian dari masyarakat miskin menjadi sejahtera sebagai sasaran BLT merupakan tanda bahwa keberhasilan program BLT tidak dapat bertumpu pada kebijakan pemerintah," kata perempuan kelahiran Solo, 17 Juli 1963 itu.
Menurut dia, dampak peningkatan kesejahteraan sebagai akibat dari BLT yang diluncurkan pemerintah dapat terjadi pada kalangan masyarakat yang memiliki akses pada sumber-sumber ekonomi dan kreativitas usaha penerima BLT.
"Meskipun temuan penelitian saya menunjukkan bahwa program BLT memiliki dampak meningkatkan sebagian kecil kesejahteraan masyarakat, secara umum penyaluran dana BLT belum sepenuhnya efektif, sebagai instrumen kebijakan pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan," katanya.
Ia mengatakan, umumnya dampak atau manfaat yang diperoleh masyarakat miskin penerima BLT bersifat jangka pendek, yakni untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena beban pengeluaran yang harus ditanggung masyarakat miskin dengan adanya inflasi akibat kenaikan harga minyak masih lebih tinggi dibandingkan dana yang diterima dari program BLT.
Ia mengatakan, permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan program BLT sangat beragam dan dijumpai pada setiap tahap program, yakni pendataan kurang optimal, penggunaan variabel kemiskinan kurang tepat sebagai indikator kelayakan penerima dana, dan pencairan dana banyak mengalami hambatan.
"Selain itu, sosialisasi program BLT dan mekanisme pengaduan dirasakan sangat kurang memadai," kata mantan staf khusus Ibu Negara RI itu.
Dalam ujian terbuka dengan promotor Prof Irwan Abdullah dan kopromotor Dr Roberto Akyuwen itu promovendus Nurhayati Ali Assegaf dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan, sehingga berhak menyandang gelar doktor dalam ilmu multidisiplin.(*)
Program Beras Miskin Jombang Dinilai Salah Sasaran
Selasa, 19 Januari 2010
TEMPO Interaktif, Jombang - Anggota Komisi D Bidang Kesejahteraan Rakyat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Jombang, M. Saikhu, menilai program pembagian beras miskin (raskin) yang dilakukan Pemerintah Jombang tidak tepat sasaran. Buktinya, sampai saat ini masih ada masyarakat Jombang yang makan nasi karak atau aking. "Pemkab kecolongan," kata dia, Selasa (19/01).
Raskin dinilai tidak tepat sasaran karena data orang miskin di Kabupaten Jombang kurang valid di mana terdapat ketidaksesuaian antara data yang dibuat Badan Pusat Statistik (BPS) dengan data yang terdapat di kecamatan dan kelurahan. Celakanya, pemerintah manut dengan data dari BPS itu tanpa melakukan survei ke lapangan.
Alhasil, beberapa program penanganan kesejahteraan, seperti raskin, pembagian bantuan langsung tunai (BLT), dan jaminan kesehatan tidak tepat sasaran. Banyak warga yang belum masuk data penerima bantuan tersebut. "Kami mendesak agar Pemkab memperbaiki data ini," ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, 120 kepala keluarga di Rukun Warga (RW) 04, Desa Pulosari, Kecamatan Bareng, Jombang, terpaksa mengkonsumsi nasi aking (nasi yang dikeringkan terus dimasak lagi) karena kesulitan membeli beras. Harga beras di desa itu mencapai Rp 6.500 per kilogram. Selain aking, warga juga memasak nasi aking campur empok jagung dan tiwul (makanan terbuat dari gaplek atau singkong yang dikeringkan).
Saikhu yang juga Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) ini menambahkan bahwa Pemkab kurang cekatan dalam menangani permasalahan ini. Pembagian raskin seharusnya dibagikan setiap bulan per tanggal 10. Kenyataanya, sampai Minggu kemarin (17/01) beras tidak juga diberikan.
Sebab itu dia berencana memanggil Bidang Kesejahteraan dan Ketahanan Pangan Pemkab Jombang untuk meminta pertanggungjawaban. Pemanggilan itu saat ini sedang diusulkan ke Ketua Komisi D. Paling lambat, akhir pekan ini sudah mendapat jawaban. "Sehingga pekan depan semua jelas," kata dia.
Semantara itu, Kantor Ketahanan Pangan (KKP) Jombang mengaku sudah melakukan pengecekan ke Desa Pulosari. Keterangan dari kepala desa setempat juga sudah diminta. Hasilnya memang benar, ada beberapa warga yang memakan nasi aking, "tapi jumlahnya tidak banyak," kata Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Mutu Produk Pangan KKP Jombang, Nusantaran Wijaya.
MUHAMMAD TAUFIK
TKI Bermasalah Dipulangkan
Pendistribusian Raskin Dilangkat Harus Lebih Baik
Rab, Jan 20, 2010
Daerah
STABAT ( Berita ) : Tim Satker Perum Bulog Divre I Medan Jamaluddin mengatakan hasil evaluasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan program beras miskin (raskin) pada tahun 2009 di bawah kendali Perum Bulog Divre I menempatkan Kabupaten Langkat dan Kota Medan sebagai Kabupaten terbaik dalam pendistribusian dan kelengkapan administrasi Raskin.
Dikatakannya, prestasi tersebut hendaknya dapat dipertahankan ataupun lebih ditingkatkan pada tahun 2010 ini. Pernyataan tersebut disampaikan pada rapat koordinasi antara Pemkab.. Langkat dengan Tim Satker Raskin Perum Bulog Divre 1 Medan di Ruang Rapat Sekdakab. Langkat, Selasa [19/01].
Menyikapi hal tersebut Asisten Adm. Ekbangsos Drs H Amir Hamzah, M.Si menyatakan ucapan terimakasih dan apresiasi atas kerjasama yang dibangun antara satgas raskin Kabupaten, Kecamatan dan Desa pada pelaksanaan program nasional tersebut. Hal ini merupakan motivasi bagi Pemkab. Langkat untuk terus meningkatkan kinerja satgas.
Ditegaskannya, berbagai hal terkait pembayaran maupun kelengkapan administrasi raskin harus menjadi prioritas utama sebagai upaya meningkatkan akuntabilitas. Amir mengharapkan adanya perubahan pendistribusian raskin yang ditetapkan Pemerintah Pusat pada tahun 2010 ini agar sesegera mungkin dapat disosialisasikan kepada masyarakat dengan baik.
Kabag Perekonomian Drs Basrah Pardomuan menjelaskan bahwa berdasarkan keputusan Gubsu tentang penetapan pagu raskin Kabupaten Langkat pada tahun 2010, telah terjadi penurunan pagu dari sebelumnya sebanyak 18.018.360 Kg di tahun 2009 menjadi 13.417.872 Kg pada tahun 2010 untuk 86.012 RTS.
Untuk itu tambah Basrah, bahwa satgas Raskin Kabupaten Langkat mulai 1 Februari 2010 akan melakukan sosialisasi ke Kecamatan dan Desa agar tidak terjadi akses ditengah masyarakat terkait adanya penurunan pagu raskin tersebut yang diakibatkan terjadinya penurunan alokasi anggaran raskin pada APBN 2010. (slm)
Kemlu Upayakan Hak Gaji TKI Bermasalah
Bulog akan Ganti Raskin Berkualitas Jelek
Batang, CyberNews. Perum Bulog akan meningkatkan kualitas beras untuk rakyat miskin (raskin) tahun 2010. Namun jika kualitas raskin yang diterima rumah tangga sasaran (RTS) kurang bagus, Bulog siap menggantinya dengan beras yang standar.
"Apabila terdapat beras yang tidak sesuai standart, maka pelaksana distribusi dapat langsung memberitahukan kepada satker untuk dilakukan penukaran dengan beras yang standart," tegas Kepala Sub Divisi Regional Wilayah VI Bulog Pekalongan Alwi Umri saat sosialisasi pedoman umum (pedum) subsidi beras untuk rakyat miskin (raskin) tahun 2010 yang digelar di pendopo Pemkab Batang, Rabu (20/1).
Dijelaskan Alwi, meskipun saat ini kupon raskin masih dalam proses pencetakan, namun Bulog siap mendistribusikan raskin alokasi Januari 2010. Stok beras yang ada di gudang Bulog Sub Divre Pekalongan, di enam kabupaten/kota, per 31 Desember 2009 tercatat 32.882 ton.
"Dengan adanya penurunan pagu raskin menjadi 17.909 ton, maka ketahanan stok sekitar empat bulan, sampai April 2010," ia melanjutkan.
( Isnawati / CN14 )
Pemerintah Larang Pemberangkatan TKI ke Selandia Baru
Pemerintah Berhasil Pulangkan 2.019 TKI Bermasalah
Kemenakertrans Tidak Izinkan TKI ke Selandia Baru
Bulog Ancam Tak Distribusikan Raskin
AMBON - (jpnn.com) Realisasi penyaluran beras untuk rakyat miskin (Raskin) untuk periode 2006 hingga 2009 di Provinsi Maluku sudah terealisir 100 persen. Namun, dari proyek jual murah beras untuk rakyat kurang mampu itu Provinsi Maluku masih nunggak pembayaran sebesar Rp.15.191.842. "Tunggakan ini tersebar di kecamatan di seluruh kabupaten/kota di Maluku," kata Kepala Perum Bulog Regional Maluku Nono Sudiono, kepada wartawan Ambon Ekspres (Ameks).
Dia merincikan, untuk lima Kecamatan di Kota Ambon, yakni Nusaniwe, Sirimau, Teluk Ambon, Leitimur Selatan dan Baguala, jumlah tunggakannya sebesar Rp1,3 miliar. Maluku Tengah (Malteng), untuk 14 Kecamatan jumlah tunggakan sebesar, Rp 4,6 miliar. "Khusus Malteng, jumlah tunggakan terbesar itu yakni di Pulau Haruku yang jumlahnya sebesar Rp 1,06 miliar," kata Sudiono.
Menurutnya, kendati realisasi penyaluran Raskin tahun 2009 di Maluku hingga 18 Januari 2010 telah terealisir 100 persen dari total Pagu Raskin Provinsi Maluku sebesar 29.988 ton, tetapi Harga Penjualan Beras (HPB) Raskin yang diterima Perum Bulog Divre Maluku baru mencapai Rp 34,05 miliar atau 70,97 persen. Dengan begitu masih terdapat sisa hutang atau tunggakan HPB Raskin diseluruh kabupaten/kota tahun 2009 sebesar Rp 13.929.749.000.
Ditegaskan, khusus untuk tunggakan Raskin tahun 2009 ini, tentunya akan sangat berpengaruh terhadap pendistribusian Raskin 2010 ke seluruh kabupaten/kota, sehingga dimintakan untuk daerah-daerah yang masih menunggak pembayaran Raskin tahun 2009, segera melunasinya. "Kalau tidak segera menyelesaikan tunggakannya, kita tidak akan menyalurkan Raskin ke wilayah-wilayah tersebut," tandasnya.(m1/aj/jpnn)
Warga Penerima Beras Miskin di Kota Malang Menyusut
Selasa, 19 Januari 2010
TEMPO Interaktif, MALANG - Jumlah warga miskin di Kota Malang yang berhak membeli beras miskin berkurang sebanyak dua persen. Pada tahun 2009, jumlah yang menerima sebanyak 29.008 Rumah tangga sasaran (RTS), sedangkan pada tahun ini 26.732 RTS.
Menurut Asisten Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretaris Kota Malang Parmin, penyusutan jumlah warga karena adanya perubahan jumlah penduduk di Kota Malang akibat perpindahan penduduk ke daerah lain dan kematian. "Setelah didata ulang, jumlahnya berkurang," katanya, Selasa (19/1).
Selain jumlah RTS, jumlah jatah beras miskin juga menyusut. Pada tahun 2009 lalu, setiap RTS mendapatkan jatah pembelian 15 kilogram. Tapi pada tahun 2010, sebanyak 13 kilogram per RTS. "Jumlahnya memang tak sebanyak tahun lalu. Tapi kualitas berasnya tidak boleh yang jelek," ujar Parmin. Adapun harga beras miskin Rp 1.600 per kilogram.
Kepala Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Malang Jarot Edi Sulistyono menjelaskan, Pemerintah Kota Malang menolak kenaikan harga beras untuk keluarga miskin dari Rp 1.600 per kilogram menjadi Rp 2.150. Alasannya, kenaikan harga ini akan memberatkan daya beli masyarakat.
Kenaikan harga beras untuk keluarga miskin diusulkan pemerintah pada akhir bulan lalu dan akan mulai diterapkan pada 2010.
Jumlah beras untuk keluarga miskin yang didistribusikan Bulog di Kota Malang setiap bulannya sebanyak 347.516 ton. Setiap RTS berhak membeli sebanyak 13 kilogram.
Jarot mengatakan adanya penyusutan warga miskin ini karena krisis global telah selesai dan banyaknya bantuan yang diterima warga melalui kelurahan, seperti dana hibah Rp 500 juta per kelurahan dan bantuan PNPM Mandiri. BIBIN BINTARIADI.
Target NTT 2010: Kirim 15.000 TKI
Warga Pertanyakan Molornya Jatah Raskin
Klaten, CyberNews. Jatah beras miskin untuk warga miskin di Kabupaten Klaten tahun 2010 mulai dipertanyakan warga karena tak kunjung dibagikan. Pembagian yang biasanya awal bulan, sampai Selasa (19/1) belum jelas sedangkan harga beras sudah merangkak naik.
Kades Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Rujito Suprayogo mengatakan warga di desanya sudah sepekan ini datang ke balai desa meminta penjelasan pembagian raskin. "Namun sampai kini belum ada penjelasan kapan akan dibagikan," ungkapnya, Selasa (19/1).
Dikatakannya, jumlah warga miskin penerima raskin di desanya sebanyak 415 orang. Jumlah itu mungkin menurutnya paling besar di Kabupaten Klaten. Beras jatah itu biasanya turun awal bulan tetapi bulan ini belum ada tanda-tanda. Warga, pengurus RT atau RW beberapa kali menagih kejelasan waktu pembagian raskin. Namun karena desa belum mendapat kepastian tanggal, warga tidak diberi penjelasan dan hanya diminta sabar menunggu.
Dia mengatakan, beras raskin saat ini ditunggu warga karena di pasaran harga beras sudah naik untuk IR 64 di kisaran Rp 6.600/ kg. Apalagi saat ini musim hujan sehingga mengandalkan hasil panenan sudah habis sejak dua bulan lalu. Dengan harga beras yang merangkak naik karena faktor musim, warga berharap segera ada kejelasan pembagian raskin untuk mencukupi kebutuhan.
( Achmad Hussein / CN14 )
`Orang Miskin Malah Dibikin Susah`
Kamis, 21 Januari 2010
JAKARTA (Pos Kota) – Nasib warga keluarga miskin, saat ini benar-benar semakin terjepit. Sudah di pasaran harga beras mencekik leher, kini justru jatah beras miskin (raskin) dikurangi. Kondisi ini membuat warga miskin makin susah dan terbebani.
Jatah raskin yang pada tahun 2009 setiap Kepala Keluarga (KK) mendapatkan 15 kilogram (kg), kini pada Januari 2010 setiap KK hanya mendapatkan 13 Kg. "Gimana sih maunya pemerintah, kita ini kan orang susah kok malah dibikin susah," ujar Ny. Sopiah, warga RW 06 Kelurahan Kampung Rawa, Johar Baru, Jakpus, Rabu (20/1).
Ibu tujuh anak yang menjadi tukang cuci ini mengaku sangat kecewa dengan berkurangnya jatah raskin. Padahal, dengan jatah 15 Kg saja, masih harus menambahi beli beras, kini dengan berkurang bebannya makin berat.
"Harusnya jatah raskin ditambahi, kok malah dikurangi. Ini sama saja makin membuat or ng kecil makin kejepit," ujarnya, yang mengaku setiap harinya menghabiskan dua liter beras.
Keluhan juga diungkapkan, Sutini, 45, ibu delapan anak ini mengaku dengan berkurangnya jatah raskin beban pengeluarannya makin bertambah. Padahal, suaminya hanya jadi sopir Bajaj dengan penghasilan pas-pasan. "Yah, beginilah nasib orang miskin, bukannya makin enak tapi makin susah," ucapnya.
Seperti di Kelurahan Kampung Rawa, Kecamatan Johar Baru, jumlah penerima raskin sebanyak 931 KK. Mereka hanya mendapatkan jatah raskin 13 Kg setiap K, padahal tahun 2009 mendapatkan Rp 15 Kg. Namun, harga tebusnya masih tetap hanya Rp 1.600/Kg.
"Kami sudah berikan surat pemberitahuan kepada RW/RT tentang berkurang jatah raskin agar disampaikan pada yang menerima," ujar Lurah Kampung Rawa, Sudarmadi.
Lurah Bendungan Hilir (Benhil), Nurzen juga membenarkan kalau jatah raskin bagi keluarga miskin berkurang. "Di tempat kami sudah dibagikan kepada 217 KK," ucapnya.
Sesuai surat edaran Sekda DKI No. 2741/-1.846.5 tertanggal 30 Desember 2009 tentang pagu raskin 2010. Surat tersebut menindaklanjuti surat Deputi Menko Kesra bidang Perlindungan Sosial dan Perumahan Rakyat No. 2422/KMK/.II/12/2009, di mana untuk Provinsi DKI Jakarta dialokasikan raskin sebanyak 28.182.960 Kg dengan jumlah sasaran 180.660 KK, Sedangkan Jakpus dialokasikan raskin sebanyak 4.138.836 KG untuk 26531 KK. Sehingga jatahnya 13 Kg setiap KK.(tarta/sir)
TKI Asal Pamekasan Meninggal di Malaysia
Jaksel Ingin Punya RSUD
Kamis, 21 Januari 2010
JAKARTA (Pos Kota) – Warga Jakarta Selatan melalui dewan kota (Dekot) mendesak Gubernur Fauzi Bowo supaya memprioritaskan pembangunan rumah sakit umum daerah (RSUD) di Jaksel pada APBD 2010.
Hingga kini hanya Jaksel sebagai satu-satunya wilayah di Ibukota yang belum memiliki RSUD. Sehingga, warga yang sakit terutama warga miskin terpaksa 'hijrah' ke rumah sakit seperti ke RSUD Pasar Rebo, Jaktim atau seringkali dirujuk ke RS Fatmawati.
"Sangat ironis, Jaksel yang sudah menyumbang ke Pemprov DKI melalui pendapatan asli daerah (PAD) terbesar Rp2,9 triliun dan ke APBN Rp9 triliun setiap tahunnya, sampai sekarang belum punya RSUD. Sebaliknya wilayah lain sudah jauh lebih dulu. Gubernur harus lebih peka akan kebutuhan mendasar ini," kata Ngatino, anggota Dekot Jaksel, Rabu (20/1).
TIDAK MUBAZIR
Jika pembangunan RSUD Jaksel masuk anggaran 2010, Pemkot Jaksel harus mengkaji lebih intensif sasaran lokasi agar penggunaan biaya negara tidak mubazir.
Tahun 2006 melalui Tim Pembebasan dan Pengadaan Tanah (P2T) membebaskan lahan 2,8 hektar di Jl Cempaka II, Kab. Tangerang dengan anggaran Rp32 miliar. Ternyata sia-sia, karena masuk wilayah Kab. Tangerang, rawan banjir dan jalur transportasinya sulit dijangkau warga Jaksel sehingga akan dijadikan Hutan Kota.
(rachmi/ak/g)