24 Maret 2009

Satu Anak Balita Gizi Buruk Meninggal

Sabtu, 7 Maret 2009

Kompas.com

SERANG, KOMPAS — Seorang anak berusia di bawah lima tahun atau balita penderita gizi buruk meninggal dunia pada Jumat (6/3) dini hari. Anak balita asal Desa Kilasah, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, itu meninggal di rumahnya setelah 25 hari dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Serang.

 Penderita gizi buruk itu bernama Supriyadi, yang baru berusia 18 bulan. Dia dibawa ke RSUD Serang karena mengalami demam dan batuk berkepanjangan. Saat meninggal, berat badan anak pasangan Sarmawi-Janti itu hanya 7 kilogram. Padahal, idealnya, berat badan anak seusia Suryadi minimal 11 kilogram.

Sarmawi mengaku tidak mengetahui penyebab gizi buruk yang dialami anaknya. Padahal, pada tahun 2008, anak pertama Sarmawi bernama Surihat juga meninggal karena mengalami gizi buruk.

"Enggak tahu penyebabnya apa, anak-anak saya bisa meninggal seperti itu. Katanya gizi buruk," katanya.

Sehari-hari Sarmawi bekerja sebagai pencari barang rongsokan. Lelaki itu merawat sendiri kedua anaknya karena istrinya, Janti, bekerja sebagai tenaga kerja wanita di Arab Saudi.

Menurut Sekretaris Dinas Kesehatan Banten Dadang, selama 2008 terdapat 13 anak balita penderita gizi buruk yang meninggal di Banten. Jumlah itu sekitar 0,14 persen dari total penderita gizi buruk, yakni sebanyak 9.267 anak balita. Untuk menekan angka anak balita gizi buruk, tahun ini Pemprov mengalokasikan dana hingga Rp 6,8 miliar, ditambah bantuan pemerintah pusat sebesar Rp 3 miliar.

Anak balita AIDS
Sementara itu, kemarin, seorang anak perempuan berusia dua tahun yang juga menderita gizi buruk masih dirawat di RSUD Serang. Selain menderita gizi buruk, anak balita itu juga terjangkit HIV/AIDS.

Menurut keterangan Santoso Edi dari Klinik Teratai RSUD Serang, saat masuk rumah sakit 23 Februari lalu, berat badan anak balita perempuan itu hanya 6,2 kilogram. Idealnya anak berusia dua tahun itu 12 kilogram. Setelah diperiksa, anak balita itu juga mengalami pembengkakan hati, mengalami infeksi karena jamur mulut. Tim dokter mencurigai ada penyakit lain.

Petugas dari Klinik Teratai, yang merupakan rujukan Voluntary Consulting and Testing (VCT) untuk HIV/AIDS, melakukan tes. Hasilnya, anak balita itu positif terjangkit HIV/AIDS. Diduga anak balita itu tertular sejak lahir dari ibunya yang juga positif HIV/AIDS karena tertular dari suaminya yang merupakan pengguna narkoba.

Secara terpisah, Program Officer Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Banten Arif Mulyawan mengatakan, hingga tahun ini ada 10 ibu positif HIV/AIDS yang melahirkan. Namun, KPA beserta Dinas Kesehatan berhasil mencegah penularan HIV/AIDS dari ibu ke janin melalui program Prevention of Mother to Child HIV Transmission (PMTCT). "Hasilnya, tiga bayi di antaranya negatif HIV/AIDS meski ibunya positif," ujarnya.


NTA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar