29 Maret 2009

Kios Air Membuat Mereka Tersenyum

Kios Air Membuat Mereka Tersenyum



Oleh
Deytri Aritonang

JAKARTA - Memiliki akses terhadap air bersih adalah hak semua warga Jakarta. Persoalanya, tidak semua daerah di Jakarta dialiri air bersih. Sebut saja di Kelurahan Kamal Muara, Jakarta Utara, dan di Kelurahan Kamal, Jakarta Barat. Apa boleh buat, tidak ada pilihan selain mengonsumsi air yang ada meski kualitasnya tergolong buruk.

Memasuki wilayah RW 3 Kelurahan Kamal, Cengkareng, Jakarta Barat, seperti berada di daerah gersang. Tidak banyak tanam-tanaman yang tumbuh di daerah ini. Bangunan rumah tampak padat. Teriknya matahari Jakarta, Kamis (19/3), membuat kesan gersang makin kuat. Keadaan ini boleh jadi disebabkan kurangnya pasokan air.
Setahun lalu, Saoni (38), keluarganya, juga tetangga-tetangganya yang adalah warga RT 04/03 masih menggunakan air tanah yang kualitasnya jauh di bawah standar layak konsumsi.
Dekatnya permukiman warga dengan lokasi industri dan laut membuat kualitas air di Kelurahan Muara buruk. Dari pengamatan SH, air tanah di permukiman warga berwarna kekuningan. Beberapa warga mengatakan, rasa air payau dan berbau.
Dijelaskan Saoni, mandi menggunakan air tanah menyebabkan kulitnya kering dan sabun tidak dapat menghasilkan busa. "Kalo mandi pake aer itu, habis mandi rasanya sabunnya masih nempel," ujar perempuan berkacamata ini.
Bagi warga, tidak ada pilihan lain selain mengonsumsi air tanah yang ada. Kebutuhan air untuk mandi, cuci, kakus, dan terkadang memasak disuplai dari air tanah. Untuk minum, warga harus membeli air "pikul" (air PAM) yang dijual keliling dengan harga Rp 2.500 per dua jeriken air (40 liter).
Di sana, terdapat beberapa sumur air. Untuk mengambil air, warga hanya perlu menimba menggunakan ember berukuran keil yang diikatkan dengan tali. Melimpahnya ketersediaan air di kampung dengan mayoritas warga bekerja di sektor informal ini tidak sebanding dengan kualitas airnya.
Pengeluaran warga untuk mencukupi kebutuhannya akan air tidak sedikit. Seperti Saoni, ia mengaku sehari harus mengalokasikan Rp 10.000 untuk membeli air. Baginya yang bersuamikan pengojek sepeda motor, jumlah itu memberatkannya.
Kini, warga boleh bernapas lega. Pasalnya, di beberapa titik di Kelurahan Kamal tersedia kios air yang disediakan mitra PAM Jaya, PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja). Warga kini dapat dengan mudah dan murah mendapat air bersih. Hanya dengan menyediakan uang Rp 400, warga dapat memiliki satu jeriken air (20 liter).
Kios air dilengkapi satu tangki air yang dapat menampung lima meter kubik air. Untuk mendistribusikan air kepada warga, Palyja menyediakan dua gerobak dan delapan jeriken air.
Ahmad (70), warga RT 04/03, ditunjuk sebagai pengelola kios air. Ia membeli air dengan harga Rp 3.550/m3 dari Palyja yang dikrimkan dengan tangki air kemudian menjualnya kepada warga dengan harga Rp 400/20 liter. Dengan harga yang ditetapkan itu, bapak delapan anak ini mendapat untung sekitar Rp 50.000 per dua hari.

Bersyukur
Ahmad mengaku bersyukur dengan keberadaan kios air. Bukan hanya karena kebutuhan air bersihnya terpenuhi, melainkan juga karena penghasilannya bertambah. "Saya udah nggak kerja lagi, tapi alhamdulillah, udah setahun punya tambahan," kisahnya. Dikatakannya, sebelum ada kios air, ia mandi menggunakan air tanah. Hal itu menyebabkan kuku jarinya berwarna kuning.
Kios Air Palyja diresmikan Gubernur Jakarta Fauzi Bowo 7 April 2008 dengan tujuan menyediakan air bersih bagi warga yang tidak memiliki akses. Kios air hanya akan didirikan di wilayah yang kualitas air tanahnya buruk dan tidak memiliki sambungan air PAM.
Palyja telah mendirikan 11 kios air di Kelurahan Kamal, Kelurahan Kamal Muara, dan Kelurahan Semanan. Kios ini juga untuk mendukung peringatan Hari Air Bersih Sedunia dengan tema "Shared Waters, Shared Opportunities".
Ditanya apakah Palyja berencana membuat sambungan air ke daerah-daerah itu, Corporate Communications Head Palyja Meyritha Maryani mengatakan, hal itu sulit dilakukan mengingat ketersediaan air di wilayah barat dan utara Jakarta memang sulit, terutama dari segi kualitas.
Ketersediaan air di wilayah itu menjadi pekerjaan rumah besar bagi Pemda Jakarta, PAM jaya, dan mitranya. Jangan sampai karena kebanyakan warga di wilayah itu berpenghasilan rendah, usaha untuk menyediakan air bersih oleh pemda pun menjadi rendah.

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0903/21/jab03.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar