24 Maret 2009

Balita Gizi Buruk di Kediri Tak Mampu Berobat

Rabu, 7 Januari 2009

Kompas.com

KEDIRI, RABU — Ramadhani (2), balita penderita gizi buruk di Desa Canggu, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Rabu (7/1), hanya tergolek lemah di rumahnya. Putri ketiga pasangan Miati (20) dan Anang Muntolib (34) ini tidak dibawa ke rumah sakit karena tidak memiliki biaya berobat.


Di usianya yang lebih dari dua tahun, berat badan Ramadhani hanya 7 kilogram. Padahal, untuk anak seusianya, seharusnya memiliki berat badan ideal 11-14 kilogram.


Miati mengatakan, pada saat lahir, berat badan anaknya mencapai 3 kilogram. Berat badan itu termasuk normal bahkan sedikit gemuk. Ramadhani lahir melalui persalinan normal dengan bantuan bidan di desanya.


Pada saat usianya menginjak tujuh bulan, berat badan Ramadhani mulai tidak normal. Ia sulit sekali makan, hanya mau minum susu dan bubur instan. "Tapi saya tidak punya uang untuk beli susu, ya sesekali saja kalau pas ada rezeki," ujarnya.


Penghasilan Anang sebagai penjual pentol keliling tak mampu mencukupi kebutuhan keluarganya, apalagi mereka punya dua anak kakak Ramadhani yang juga butuh makan dan sekolah. Bapaknya sehari hanya dapat uang Rp 15.000. "Itu pun juga kalau pas jualannya laku semua. Kalau tidak habis, ya kurang," kata Miati yang sehari-hari sibuk mengurus ketiga anaknya.


Setelah berat badannya mulai berkurang, proses tumbuh kembang anak ini juga lamban dibandingkan anak seusianya. Bahkan, ia mulai sering sakit-sakitan.


Anang dan Miati sudah beberapa kali membawa putri bungsu mereka ke puskesmas dan rumah sakit. Oleh dokter yang terakhir kali memeriksanya, sekitar empat bulan lalu, ia diberi makanan tambahan berupa susu SGM sebanyak dua kotak dengan berat 300 gram.

Namun, susu itu telah habis sebulan yang lalu. Bersamaan dengan habisnya makanan tambahan, berat badan Ramadhani kembali berkurang. Waktu diberi susu, beratnya bisa sampai 7,8 kilogram, katanya.


Keluarga Anang berharap, Pemerintah Kabupaten Kediri bisa membantu anaknya dengan memberikan pengobatan gratis dan makanan tambahan. Ia sendiri tidak sanggup jika harus membeli susu setiap bulan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar