Rabu, 3 Februari 2010 -
Candra Setya Santoso - Okezone
JAKARTA - Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Setidaknya, ada sekira satu miliar orang yang bermasalah dengan gizi, dan sebagian kecilnya ada di Indonesia.
"Sebagian kecil dari satu miliar orang bermasalah dengan gizi, dan Indonesia di dalamnya," ujar Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi, di sela acara seri diskusi: Blak-Blakan Soal Ketahanan Pangan, di Wisma Antara, Jakarta, Rabu (3/2/2010).
Data dari Indonesia dan di negara lain menunjukkan adanya hubungan antara kurang gizi dan kemiskinan. Proporsi anak yang gizi kurang dan gizi buruk berbanding terbalik dengan pendapatan.
Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi persentasi anak yang kekurangan gizi, makin tinggi pendapatan makin kecil persentasinya. Hubungannya bersifat timbal balik. Kurang gizi berpotensi sebagai penyebab kemiskinan melalui rendahnya pendidikan dan produktivitas.
Sebaliknya kemiskinan menyebabkan anak tidak mendapat makanan bergizi yang cukup sehingga kurang gizi dan seterusnya. Kemiskinan merupakan penghambat keluarga untuk memperoleh akses terhadap ketiga faktor penyebab di atas.
Kemiskinan dan pendidikan rendah, membuat anak tidak memperoleh pengasuhan yang baik, sehingga anak tidak memperoleh ASI misalnya.
Kemiskinan juga menghambat anak memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai. "Apakah dengan demikian untuk mencegah gizi buruk harus menunggu berhasilnya pembangunan ekonomi sampai masalah kemiskinan dituntaskan?" ujarnya.
Masalahnya berapa lama kita harus menunggu perbaikan ekonomi, dan membiarkan anak-anak mati akibat gizi buruk. Kita tahu pembangunan ekonomi rakyat dan menanggulangi kemiskinan memakan waktu lama.
(ade)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar