24 September 2008

TKW Indonesia Dibunuh di Bahrain

Rabu, 24 September 2008

Sitra (LampostOnline)
: Nasib pilu kembali menerpa tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Seorang pembantu rumah tangga (PRT) tewas secara mengenaskan di Bahrain. Wanita berumur 24 tahun itu dibunuh oleh seorang pria Bahrain.

Korban diidentifikasi bernama Ami Tursiya Takiyat. Demikian diungkapkan sumber-sumber seperti dilansir media Gulf Daily News, Rabu (24-9).

Jasad Ami ditemukan di semak-semak di wilayah Sitra pada Senin, 22 September lalu. Tersangka pembunuh berhasil ditangkap polisi dalam 24 jam setelah jasad Ami ditemukan.

Tersangka pun mengakui telah membunuh korban dengan menusuk lehernya dengan pisau. Pria berusia 38 tahun itu mengklaim bahwa korban, yang merupakan pembantu saudara laki-lakinya, telah menghina dirinya. Dia pula yang menuntun polisi ke lokasi tempat dirinya membuang tubuh korban.

Korban diyakini baru bekerja di Bahrain selama 7 bulan. Kepolisian Bahrain sedang menyelidiki kasus ini. Tersangka akan segera diadili atas tuduhan pembunuhan. DTC/L-1

16 September 2008

Presiden Terima Pengurus APJATI

Sekneg.go.id/, Presidenri.go.id
Selasa, 16 September 2008

Jakarta - Hari Senin (15/9) pagi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (APJATI), di Istana Negara. Menurut Ketua Umum APJATI, Nurfaizi, pertemuan dengan Presiden SBY kali ini adalah untuk melaporkan hasil musyawarah nasional yang telah dilaksanakan tanggal 12-13 Agustus lalu.


“Tadi kami menyampaikan beberapa permasalahan serta saran-saran yang diajukan para anggota APJATI kepada pemerintah. Kita sepakat untuk melakukan suatu kerjasama untuk meningkatkan internal kita. APJATI juga harus interospeksi untuk memperbaiki agar kedepannya makin bagus,” kata Nurfaizi. “APJATI akan bekerjasama dengan pemerintah sebagai partner untuk bisa sebanyak-banyaknya menempatkan tenaga kerja yang berkualitas ke luar negeri. Untuk itu pemerintah akan membantu kita meningkatkan kualitas dari balai latihan kerja di daerah-daerah,” tambahnya.

Saat ini sudah ada lima juta tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri. Menurut data Bank Indonesia, selama tahun 2003 hingga 2008, TKI ini telah memasukkan devisa sebesar Rp 167 trilyun untuk Indonesia. Ini adalah masukan devisa nomor dua setelah migas. Jumlah tersebut tentunya belum termasuk yang dibawa sendiri oleh masing-masing TKI ke daerahnya masing-masing.

”Kalau kita lihat, untuk tenaga kerja kita yang berasal dari pedesaan, yang termasuk dalam golongan informal, mereka sering mengirimkan uangnya langsung ke kampung-kampung mereka, seperti ketika menjelang lebaran. Uangnya digunakan untuk memperbaiki rumahnya atau membeli sawah. Secara tidak langsung ini menggerakkan roda ekonomi di kampung-kampung karena devisa yang langsung diserap pedesaan,” Nurfaizi menerangkan.

”Presiden SBY berpesan agar kami dapat meningkatkan kualitas serta senantiasa berkoordinasi dengan pemerintah untuk sebanyak mungkin menciptakan lapangan pekerjaan di luar negeri. Kita sudah berpengalaman selama 23 tahun. Sekarang ini sudah mengirimkan TKI ke Asia Pasific, Timur Tengah seperti Kuwait, Syria, Libia dan Saudi Arabia. Saat ini banyak sekali tawaran-tawaran dari luar negeri, baik formal maupun informal. Jepang minta banyak tenaga kerja Indonesia sebagai perawat. Australia, Canada dan Amerika juga memberi peluang yang cukup besar. Hanya saja SDM kita masih belum mencukupi. Kadang-kadang kita masih terbentur dengan masalah bahasa,” jelas Nurfaizi.

Saat menerima Dewan Pengurus Pusat APJATI, Presiden SBY didampingi antara lain, Menko Polhukkam Widodo A.S., Plt Menko Perekonomian Sri Mulyani, Menakertrans Erman Suparno, Mensesneg Hatta Rajasa dan Seskab Sudi Silalahi.




Sumber: